Sabtu, 17 November 2012
Senin, 12 November 2012
BAB II
BAB II
TATA
NAMA TUMBUHAN
Unsur
utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara
penamaan yang lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali diperkenalkan
oleh Carolus Linnaeus dalam buku yang ditulisnya,
yaitu Systema Naturae ("Sistematika
Alamiah").
A. Tata nama binomial
Tata nama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan
aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem
taksonomi
(biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan
dalam bahasa Latin
atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan
dan hewan
oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri
pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific
name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun
istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan
bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang
yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi
(disebut deskriptor) lalu
dilatinkan.
Penamaan organisme pada saat
ini diatur dalam Peraturan
Internasional bagi Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan,
beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan
Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil
hewan; dan Peraturan
Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan
dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain
yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan
Internasional bagi Tata Nama Tanaman Budidaya, ICNCP).
B. Aturan penulisan
a) Aturan
penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet"
dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies
mengikutinya.
b) Nama
genus selalu diawali dengan huruf kapital
(huruf besar, uppercase) dan nama spesies selalu diawali dengan huruf
biasa (huruf kecil, lowercase).
c) Penulisan
nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang
semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah,
tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali
untuk hal berikut :
1. Penulisan nama ilmiah yang dicetak harus ditulis
dengan huruf miring (huruf italik). Contoh: Aspergilus wentii, Rhizopus sp.
2. Penulisan nama ilmiah yang ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah
yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies. Contoh Penicillium
notatum.
d) Nama
lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor
boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak
(latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies
digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama
deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max
Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula
dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung
(parentesis).
e)
Pada penulisan teks
yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan
diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh
pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine max Merr.)
TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari
deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk
menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul
karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
f) Nama
ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya
cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies
secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di
hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia
arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai
R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil. Sebutan E. coli
atau T. rex berasal dari konvensi ini.
g)
Singkatan
"sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama
spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp."
(zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti
satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
h)
Sering dikacaukan
dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau
"subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum
diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk
jamaknya "sspp." atau "subspp.
i)
Singkatan
"cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum
pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung
mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan
spesies ini".
k)
Tatanama binomial
dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial"
Penentuan
nama baru dan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam Kode
Internasional Tata Nama Tumbuhan (international
Code of Botanical Nomenclature)
1). Cara Menulis Nama Jenis
Ketentuan - ketentuan yang harus dipenuhi dalam menulis nama jenis
dengan sistem tata nama binomial adalah sebagai berikut :
a.
huruf pertama dari kata yang menyebutkan marga (genus)
ditulis dengan huruf besar, edangkan untuk kata penunjuk spesies ditulis dengan
huruf kecil semua . Contoh: Zea mays; Zea = genus mays = spesies
b.
Bila nama jenis ditulis dengan tangan atau ketik, harus
diberi garis bawah pada kedua kata nama tersebut. Namun bila dicetak harus
memakai huruf miring (tanpa garis bawah). contoh: Zea mays bila
dicetak ; Zea mays bila diketik.
c.
Bila nama penunjuk jenis pada tumbuhan lebih dari dua
kata , kedua kata tersebut harus dirangkaikan dengan tanda penghubung. Contoh: Hibiscus rosa sinensis menjadi Hibiscus rosa-sinensis.
2). Nama Marga (Genus)
Nama marga
(genus) terdiri atas satu kata tunggal yang dapat diambil dari kata apa saja.
Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. Contohnya : Solanum (terung - terungan).
3). Nama Suku (Famili)
Nama Famili
diambil dari nama genus organisme yang bersangkutan ditambah akhiran acceae
bila itu tumbuhan. Contohnya : famili Solanaceae dari solanum + aceae
(terung - terungan).
4). Nama Kelas
Adalah nama genus + nae, contoh :
Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
5). Nama Ordo
Adalah nama genus + ales , contoh :
Zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
a.
Taksonomi
Tumbuhan
Identifikasi
Identifikasi
tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem
klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal
oleh dunia ilmu pengetahuan.
Penentuan
nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada
dalam KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan
diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam
tentang isi KITT.
Untuk
identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku
flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis. Flora
adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan
yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu. Monografi adalah suatu bentuk
karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam
kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun
yang terdapat di seluruh dunia.
Kunci
identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus
ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi. Bila semua pertanyaan
berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta
tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat
diketahui. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan
yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.
buku botani tumbuhan rendah
BAB I
PRINSIP-PRINSIP
KLASIFIKASI
Tumbuhan
di dunia ini sangat beragam, baik dalam struktur, bentuk, ukuran, fungsi,
maupun yang lainnya. Klasifikasi tumbuhan
bertujuan untuk mengelompokkan
atau menggolongkan tumbuhan berdasarkan pada sifat
dan karakteristik yang ada pada
keanekaragaman tumbuhan itu sendiri. Klasifikasi adalah proses pengaturan
tumbuhan dalam tingkat-tingkat
kesatuan kelasnya yang sesuai secara ideal berdasarkan atas persamaan dan
perbedaannya. Semakin kecil tingkatan
takson, kesamaan yang diperoleh semakin banyak. Masing-masing takson
menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Unsur
utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
2. Peraturan
tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di
antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia.
3. Nama
ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan
sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
4. Setiap
individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah takson yang jenjang tingkatnya
berurutan.
5. Tingkat
jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
6. Nama-nama
takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk
semua marga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
7. Nama
suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda
berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk
dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae
8. Nama
marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan
demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dengan
sembarang.
9. Nama
ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata
yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin
10. Nama takson
tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam
bentuk singkatan
A.
Perkembangan
sistem klasifikasi
1. Periode
tertua
Periode ini berlangsung
dari awal sejak ada kegiatan taksonomi sampai abad ke-4 SM. Pada periode ini
belum dikenal adanya sistem klasifikasi yang diakui secara formal. Orang-orang pada saat itu
mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan atas manfaatnya, sehingga periode ini
dinamakan dengan periode sistem manfaat.
2. Periode
sistem habitus ( abad ke-4 SM sampai abad ke-17 SM)
Pada periode ini, pengklasifikasian
didasarkan atas perawakan (habitus), yang golongan utamanya disebut dengan nama
pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna. Theophrastes sebagai bapak
Ilmu Tumbuhan juga mengelompokkan tumbuhan menurut umur yaitu: tumbuhan berumah
pendek (anual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial), serta tumbuhan berumur
panjang (perenial). Selain Theophrastes, adapula beberapa tokoh yang berperan
besar dalam perkembangan taksonomi, antara lain :
a.
Dioscroides, menyatakan
pentingnya pemberian deskripsi pada setiap tumbuhan disamping pemberian
namanya.
b.
Linius,
membedakan pohon ± pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat, rerumputan,
dsb.
c.
Magnus, berhasil
membedakan tumbuhan monokotil dan dikotil atas dasar sifat-sifat batangnya.
d.
J. Ray, telah
membedakan tumbuhan berkayu, tumbuhan berbatang basah, dan membedakan antara
tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji yang berbelah.
3.
Periode sistem Numerik
(permulaan abad ke-18)
Pada periode ini, sistem klasifikasi
tumbuhan ditandai dengan sifat sistem yang murni artificial. Klasifikasi ini sengaja
dirancang untuk membatu dalam identifikasi tumbuhan. Klasifikasi didasarkan
pada jumlah dari suatu organ atau bagian tumbuhan. Carolus Linnaeus adalah
tokoh yang paling terkenal pada periode ini. Linnaeus mengklasifikasikan
tumbuhan berdasarkan kesamaan jumlah alat-alat
kelamin.
4.
Periode sistem
klasifikasi yang didasarkan atas kesamaan bentuk atau sistem alam (A bad ke-18
sampai abad ke-19)
Sistem klasifikasi tumbuhan pada periode
ini dinamakan sistem alam. Tokoh yang terkenal pada nasa ini adalah J.B de
Lamarck. Lamarck berhasil membuat kunci untuk pengidentifikasian
tumbuh-tumbuhan dan merupakan
perintis lahirnya teori evolusi. De Jussieu membagi tumbuhan
berdasarkan ada tidaknya kotiledon menjadi Acotyledoneae, Monocolyledoneae, dan
Dicotyledoneae.
5.
Periode sistem
filogenetik
Periode ini berlangsung dari pertengahan
abad ke-29 sampai sekarang. Tumbuhan digolongkan berdasarkan sejarah
perkembangan filogenetiknya sehingga mampu menunjukkan hubungan kekerabatan suatu
golongan maupun.individu. Tokoh yang tekenal pada
saat periode ini antara lain:
a.
August Wilhelm Eichler,
mengklasifikasikan tumbuhan menjadi dua kelompok yaitu Cryptogamae danP hanerogamae
b.
Adolph Engler, membagi
alam tumbuhan ke dalam sejumlah afdeling. Engler juga berpendapat bahwa
Monocotyledonae lebih primitif daripata Dycotyledonae, dan bangsa anggrek jauh
lebih maju daripada rumput.
6.
Periode Sistem Kontemporer
Ahli-ahli yang berperan dalam system ini antara lain :
1)
Alfred Barton Rendle
(1865-1934)
Sistem
Rendle didasarkan pada sistem Engler danP rantl, ini merupakan salah satu
sistem filogenetik modern
yang cukup baik dan berarti. Randle memperlskuksn Dycotyledoneae lebih
primitive dibandingkan dengan Monocotyledoneae.
2)
Karl Christian Mez (
1866-1944)
Karya
professor botani dari Jerman pada tahun 1926 menganalisa reaaksi protein untuk
melihat hubungan kekerabatan tumbuhan secara genetik.
Untuk
mengenali dan mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat
klasifikasi (pengelompokan)
makhluk hidup. Klasifikasi
makhluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk
hidup menjadi golongan atau unit
tertentu.
Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah (yang
sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio, Classis (Kelas), Ordo
(Bangsa), Famili (Suku),
Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
B. Kriteria Klasifikasi Tumbuhan
Dalam pengklasifikasian tumbuhan perlu diperhatikan beberapa kriteria
sebagai berikut :
a.
Jumlah sel penyusun tubuh tumbuhan; ada tumbuhan bersel
satu (uniseluler) dan ada yang bersel banyak (multiseluler).
b.
Organ perkembangbiakannya.
c.
Habitus tumbuhan waktu hidupnya; tegak, menjalar, atau
merambat.
d.
Struktur jaringan pengangkut (Xilem dan Floem).
e.
Tipe silinder pusat (stele), ada tiga tipe stele yaitu:
Protostele, sifonostele, dan diktiostele.
f.
Bentuk dan ukuran daun ; dikenal dua macam bentuk
dan ukuran daun yakni, makrofil dan mikrofil.
g.
cara berkembang biak; seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). pada cara generatif akan diperoleh hasil fertilisasi yang bersifat
heterogamet atau isogamet.
h.
Biji, bunga dan buah; ada tidaknya biji dan bunga dapat
dipakai untuk menetukan tingkat keprimitifan suatu tumbuhan.
C. Tujuan klasifikasi
makhluk hidup
Klasifikasi
makhluk hidup bertujuan untuk mempermudah mengenali, membandingkan,
dan mempelajari makhluk hidup.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang
dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk
hidup yang memliliki ciri
yang
sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah :
1.
Berdasarkan ukuran
tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
2.
Berdasarkan lingkungan
tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan
dikelompokkan
menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan
yang hidup dilingkungan
air (hidrofit), dan tumbuhan
yang
hidup di lingkungan lembab (higrofit).
3.
Berdasarkan manfaatnya.
Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang,
tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
4.
Berdasarkan jenis
makanannya.
Sistem
Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan Sistem klasifikasi
yang ada dalam dunia taksonomi tumbuhan, antara lain:
a) Sistem
buatan (sistem artifisial)
Tujuan
klasifikasi ini untuk mempermudah pengenalan, dasarnya hanya satu atau dua ciri
- ciri morfologi yang
mudah dilihat. Sistem alami Klasifikasi ini mencerminkan keadaan yang
sebenarnya seperti terdapat di alam.
b) Sistem klasifikasi alami
Merupakan
sistem
klasifikasi yang didasarkan atas kesamaan bentuk morfologi.
c) System klasifikasi filogenetik
System
klasifikasi ini berdasarkan pada hubungan kekerabatan suatu
golongan maupun.individu.
D.
Manfaat klasifikasi
Selain memiliki tujuan, klasifikasi juga bermanfaat untuk
kepentingan manusia. Adapun manfaat klasifikasi antara lain sebagai
berikut.
a.
Menyederhanakan objek studi.
Apabila kita akan mempelajari sesuatu tidak perlu
semua makhluk hidup yang ada di muka bumi diteliti satu persatu, tetapi
cukup dengan sampel atau perwakilan dari objek tersebut yang dianggap sudah
mewakili semua. Misalnya untuk mempelajari serangga atau lebah dengan
karekteristik yang mewakili serangga tersebut.
b.
Mengetahui hubungan kekerabatan.
Dengan melihat hubungan pengelompokan\klasifikasi
tersebut dapat diketahui hubungan kekerabatannya. Misalnya, ayam lebih dekat
hubungan kekerabatannya dengan bebek daripada dengan ular.
Langganan:
Postingan (Atom)